Makalah Kebijakan Fiskal dan Moneter
Thursday, April 9, 2015
2
komentar
>
Makalah Kebijakan Fiskal dan Moneter
BAB I
PENDAHULUAN
-
1. Latar Belakang
Sebagaimana telah
dikemukakan, unsur-unsur di dalam masyarakat secara sederhana merupakan model 3
unsur, yakni rumah tangga individual, perusahaan dan pemerintah. Kebijakan
pemerintah itu diperlukan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, memperbaiki
penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan oleh sektor perusahaan maupun
masyarakat lainnya, sehingga tujuan negara dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
Peranan pemerintah
ini sangat penting mengingat :
-
Perekonomian akan berjalan baik dan terasa adil bagi
semua pihak, apabila pemerintah dengan menggunakan kekuasaan legalnya dapat
melindungi kepentingan pihak- pihak yang bersangkutan.
-
Berdasarkan peraturan yang dibuatnya, pemerintah akan
menjamin mekanisme pasar dapat berjalan baik, secara seimbang.
-
Pemerintah perlu campur tangan dalam menyelesaikan
masalah – masalah ekstern yang timbul dan akan menyebabkan kegagalan pasar.
-
Pemerintah juga dibutuhkan untuk menjamin tetap
terbukanya kesempatan kerja dan harga barang- barang tetap stabil.
-
Atas dasar nilai – nilai sosial yang menginginkan
keadilan sosial ekonomis, maka peranan pemerintah sangat penting untuk
mewujudkan suatu sistem pasar yang mampu menciptakan pembagian pendapatan yang
adil dan kesejahteraan yang selalu meningkat.
Dari uraian di
atas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut,
kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan
pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam
kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat
ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat
tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam.
Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari
walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang
terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang
untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang
tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan,
(http://majalah.tempointeraktif.com) negara-negara yang tergabung dalam G-20
dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi
kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk memulihkan
perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi
sebagai stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan.
Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat di
buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain:
-
Definisi
kebijakan fiskal (fiskal policy)
-
Definisi
kebijakan moneter
-
Hubungan
antara kebijakan fiskal dan moneter
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan Fiskal
adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain,
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
v
Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah
tangga melakukan pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen,
bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi dengan Pemerintah adalah rumah
tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima penerimaan berupa
gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia
Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
v
Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi
memiliki hubungan dengan rumah tangga yaitu perusahaan menghasilkan
produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dan
memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji, deviden,
sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan
membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah.
Sedangkan hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas
produk barang maupun jasa dari luar negri.
v
Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang
berhubungan dengan RumahTangga dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah
tangga untuk kebutuhan operasional, pembangunan. Dan untuk hubungan dengan
Perusahaan, pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari pengusaha danpemerintah
membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang ada. Pada
sektor Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga
adalah dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah
tangga. dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor
produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan.
a. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi dana
yang ditujukan untuk mengadakan keseimbangan antara kebutuhan menghasilkan
barang – barang individual dan barang – barang untuk kepentingan umum. Barang-
barang individual dibutuhkan bagi individu yang sifat dan tingkat kebutuhannya
berbeda dengan individu yang lain. Hal ini disebabkan karena masing – masing
mempunyai semacam daftar preferensi yang berbeda. Mekanisme pasar sangat cocok
untuk diterapkan pada barang – barang individual. Sistem pasar merupakan sistem
kompetisi atau lelang, siapa diantara konsumen yang berani memberikan penawaran
yang tertinggi itulah yang akan mendapatkan barang dari produsen. Di lain segi
karena kebutuhan individu itu bermacam – macam, sedangkan alat untuk memenuhi
kebutuhan / dana yang tersedia bagi masing – masing individu itu tidak sama
besarnya. Lain halnya dengan barang –barang kebutuhan umum ( barang sosial ),
sifat konsumsinya bagi semua pihak tidak merupakan saingan. Dalam arti,
pemanfaatannya dinikmati tanpa mengurangi atau merugikan pihak lain. Sebagai
contoh dari barang sosial misalnya pembuatan sarana untuk menanggulangi polusi
udara dan air. Ini semua pihak merasa berkepentingan, karena adanya sarana
tersebut, kesehatan lingkungan akan terjamin baik dan tentunya bermanfaat bagi
masyarakat.
b. Fungsi Distribusi
Faktor – faktor
yang mempengaruhi fungsi distribusi pendapatan dan kemakmuran adalah :
1.
Tingkat pengembalian faktor produksi
2.
Pendistribusian faktor pemilikan modal
Fungsi essensial
dari pada faktor – faktor tersebut, haruslah dapat diterapkan bagi semua macam
sistem ekonomi, meskipun dengan cara – cara yang berlainan. Pada negara sistem sosialis
menggunakan rumus atau dalil : upah yang sama bagi prestasi kerja marginal,
begitu pula halnya dengan modal, diberikan tingkat bunga yang sama untuk setiap
tambahan modal yang sama ( marginal product of capital ).
Pada perekonomian
pasar ( bebas ), menggunakan sistem
penyamaan produksi marginal dengan pendapat yang nyata – nyata diterima oleh
pemilik faktor produksi yang bersangkutan. Distribusi pendapatan lebih banyak
tergantung dari distribusi pemilikan faktor – faktor produksi. Perlu dibedakan
antara mengenai pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi yang
berupa tenaga dan pemilik modal. Dengan adanya pembagian pendapatan maka
diharapkan lebih lanjut terjadinya pemerataan pendapatan ( redistribution of
income).
c. Fungsi Stabilisasi
Kebijakan fiskal
dapat diadakan pula untuk mempertahankan selalu adanya kesempatan kerja dan
kelangsungan produksi, tingkatan stabilitas harga – harga yang rasional,
keseimbangan neraca pembayaran luar negeri, tingkatan pertumbuhan ekonomi yang
cukup mantap. Kebijakan fiskal tersebut dibutuhkan untuk kepentingan
stabilisasi yang memerlukan bagi kebijakan pemerintah. Pada semua tingkat
employment dan harga dalam bidang ekonomi, tergantung pada tingkat permintaan
secara keseluruhan. Tingkat permintaan itu ditentukan oleh masyarakat konsumen,
para manager, dan para investor. Keputusan – keputusan yang diambilnya
tergantung beberapa faktor, misalnya penghasilan penghasilan pada waktu yang
lampau dan waktu sekarang, tingkat kenakmuran, berlakunya sistem kredit dan
harapan – harapan lainnya. Kebijakan pemerintah yang cukup baik akan mampu
menjamin stabilisasi harga – harga, hal ini dimungkinkan jika terdapat
keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dan barang / jasa dalam
masyarakat. Dalam bidang anggaran, stabilisasi tercapai apabila menggunakan
sistem anggaran berimbang. Kenyataannya ekonomi itu erat hubungannya dengan
kegiatan – kegiatan dalam bidang perdagangan dan aliran modal. Kebijakan
stabilisasi dalam negeri haruslah dihubungkan dengan kebutuhan – kebutuhan
dalam negeri dan neraca pembayaran luar negeri yanng seimbang dan meliputi
masalah koordinasi kebijkan internasional yang kompleks.
d. Koordinasi Dan Pertentangan Fungsi Fiskal
Dari ketiga fungsi
fiskal yang telah diuraikan di atas, di suatu segi terdapat koordinasi fungsi –
fungsi, tetapi di lain segi fungsi – fungsi itu saling bertentangan.
Koordinasi fungsi fiskal
Dalam mengadakan
analisa kebijakan pemerintah, ahli – ahli ekonomi berhasil menunjukkan alat –
alat kebijakan yang dapat mencapai sasaran kebijakan. Adapun sasaran – sasaran
kebijakan antara lain :
1.
Pembangunan sarana – sarana sosial
2.
Pentesuaian dalam fungsi distribusi-
3.
Stabilisasi dalam bidang perekonomian
Untuk mendapatkan
kerjasama bagi ketiga sasaran kebijakan diperlukan instrumen instrumen
kebijakan. Pimpinan anggaran cabang distribusi akan membuat rencana perpajakan
– transfer untuk menjamin sesuainya distribusi yang dikehendakinya. Sub –
anggaran bagian distribusi akan seimbang, karena bagian alokasi akan memberikan
pelayanan yang dibiayai dengan hasil pajak.
Pertentangan fungsi
Kalau di atas
disebutkan adanya koordinasi, itu berarti adanya kerjasama, paralelisasi dalam
funsi –fungsi fiskal. Di samping adanya paralelisasi fungsi, terkandung juga
adanya pertentangan fungsi.
Sebagai contoh,
pertentangan antara fungsi alokasi dan stabilisasi. Pada saat – saat banyak
terjadi pengangguran, jika perluasan permintaan kesekuruhan itu dibutuhkan,
maka sebagai penyelesaiannya Pemerintah menambah pengeluaran – pengeluaran.
Penambahan pengeluaran yang berlebihan akan mendorong timbulnya inflasi. Jika
inflasi timbul, maka Pemerintah harus menbatasi pengeluaran uang, yang berarti
juga membatasi permintaan, agar tidak menambah pengeluaran uang.
e. Macam – Macam Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal
yang ditempuh oleh suatu negara yang satu mungkin dapat berbeda dengan negara
lain. Bahkan kebijakan fiskal yang ditempuh oleh suatu negara saja mungkin
dapat berlainan apabila situasi dan kondisinya berbeda.
Macam – macam
kebijakan fiskal yang ditempuh dapat berupa :
1. Sistem pajak progresif
Dalam sistem ini
pembebanan pajak dilakukan dengan penggunaan persentase yang tidak sama,
semakin tinggi pendapatan / kekayaan seseorang, maka semakin besar juga
persentase beban pajaknya.
Sistem ini ada
kebaikan dan kelemahannya. Kebaikannya antara lain adalah bahwa dengan cara ini
mengurangi jumlah perbedaan pendapat orang yang kaya dengan golongan yang
miskin dengan jalan mengurangi dari atas. Golongan kaya melalui Pemerintah
terpaksa memberikan sebagian kekayaannya, yang oleh Pemerintah kemudian
dimanfaatkan untuk pembuatan sarana sosial. Kelemahannya antara lain adalah
mendorong golongan yang berpenghasilan tinggi untuk menyulap kekayaan yang
besar menjadi tidak besar, dan memasukkan segala macam kebutuhan pribadi, ke
dalam ongkos – ongkos sehingga seolah –olah labana menjadi sedikit. Karena
labnaya sedikit, pembebanan pajak kemudian juga sedikit.
2. Kebijakan dalam ekonomi terbuka
Sistem terbuka
disini berarti bersedia menerima pengaruh dari luar. Dengan terbukanya sistem
ekonomi suatu negara, maka penanaman modal asing dapat diterima. Apabila dalam menghadapi
masalah penanaman modal asing tersebut, dipertimbangkan masak – masak, akan dapat
membantu pembanguna pada negara yang bersangkutan. Tetapi apabila tidak, maka
justru akan terus dikuasai oleh pemilik modal asing, dengan perusahaan multi
nasionalnya. Dengan sitem ekonomi terbuka, pengaruh konjungtur dunia dapat
menggoyangkan perekonomian dalam negeri.
3. Kebijakan tabungan negara
Pada negara
berkembang dimana sebagian besar masyarakatnya mempunyai penghasilan yang
rendah, sulit mengadakan tabungan. Oleh karena itu tabungan hanya lebih
dimungkinkan, apabila yang menjalankan itu Negara. Tabungan Negara dapat
dimanfaatkan untuk pembentukan social
overhead capitalyang nantinya akan sangat bermanfaat bagi kelancaran usaha
meningkatkan kehidupan sosial ekonomis.
Negara Indonesia
yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang
lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak
modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa
pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya. Kebijakan
moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam
mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah.
Dari semua unsure
APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat
diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari
sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) /
Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik
digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) /
Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced
Budget)
Anggaran berimbang
terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan.
Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin.
Tujuan kebijakan
fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan
dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat
kesempatan kerja (N).
2.2 Definisi Kebijakan Moneter (monetary policy)
Kebijakan Moneter
adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga
dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Dengan kata
lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau
otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang,
dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan
berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter
bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu
harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli
penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui
bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan
untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat
suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
Adalah penting bagi
para pembuat kebijakan untuk membuat pengumuman kredibel. Jika agen-agen swasta
( konsumen dan perusahaan ) percaya bahwa para pembuat kebijakan berkomitmen
untuk menurunkan inflasi , mereka akan mengantisipasi harga di masa depan lebih
rendah daripada yang (bagaimana ekspektasi yang terbentuk adalah hal yang sama
sekali berbeda, misalnya membandingkan ekspektasi rasional dengan ekspektasi
adaptif ).
Jika seorang
karyawan berharap harga akan tinggi di masa depan, ia akan membuat kontrak upah
dengan upah yang tinggi untuk mencocokkan harga-harga. Oleh karena itu, harapan
upah yang lebih rendah tercermin dalam perilaku penetapan upah antara karyawan
dan majikan (upah lebih rendah karena harga diharapkan lebih rendah) dan karena
upah tersebut sebenarnya lebih rendah tidak ada demand pull inflasi karena
karyawan menerima upah lebih kecil dan tidak ada biaya tekanan inflasi karena
majikan membayar kurang dari upah.
Untuk mencapai
tingkat inflasi rendah, pembuat kebijakan harus memiliki pengumuman kredibel,
yaitu agen-agen swasta harus percaya bahwa pengumuman ini akan mencerminkan
kebijakan masa depan yang sebenarnya. Jika pengumuman tentang target inflasi
yang rendah tingkat dibuat tetapi tidak diyakini oleh agen-agen swasta,
penetapan upah akan mengantisipasi tingkat inflasi yang tinggi dan upah akan
semakin tinggi dan inflasi akan meningkat. Sebuah upah yang tinggi akan
meningkatkan permintaan konsumen ( demand pull inflation ) dan biaya sebuah
perusahaan ( cost push inflation ), sehingga inflasi meningkat. Oleh karena
itu, jika pengumuman seorang pembuat kebijakan tentang kebijakan moneter yang
tidak dapat dipercaya, kebijakan tidak akan memiliki efek yang diinginkan.
Jika pembuat
kebijakan percaya bahwa agen-agen swasta mengantisipasi inflasi yang rendah,
mereka memiliki insentif untuk mengadopsi kebijakan moneter ekspansionis
(dimana manfaat marjinal meningkatkan output ekonomi melampaui biaya marjinal
inflasi), namun, dengan asumsi agen-agen swasta memiliki ekspektasi rasional ,
mereka tahu bahwa para pembuat kebijakan memiliki insentif ini. Oleh karena
itu, agen-agen swasta tahu bahwa jika mereka mengantisipasi inflasi yang
rendah, kebijakan ekspansionis akan diadopsi yang menyebabkan peningkatan
inflasi. Akibatnya, (kecuali para pembuat kebijakan dapat membuat pengumuman
inflasi yang rendah mereka kredibel), agen-agen swasta mengharapkan inflasi
yang tinggi. antisipasi ini dipenuhi melalui harapan adaptif (perilaku
upah-setting), maka, ada inflasi yang lebih tinggi (tanpa manfaat produksi
meningkat). Oleh karena itu, kecuali pengumuman kredibel dapat dibuat,
kebijakan moneter yang ekspansif akan gagal.
Pengumuman dapat
dilakukan kredibel dalam berbagai cara. Salah satunya adalah untuk mendirikan
bank sentral yang independen dengan target inflasi yang rendah (tapi tidak ada
target output). Oleh karena itu, agen-agen swasta tahu bahwa inflasi akan
rendah karena sudah diatur oleh badan independen. Bank-bank sentral dapat
diberikan insentif untuk memenuhi target (misalnya, anggaran yang lebih besar,
bonus upah untuk kepala bank) untuk meningkatkan reputasi dan sinyal komitmen
yang kuat untuk tujuan kebijakan. Reputasi merupakan elemen penting dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Tapi gagasan reputasi tidak harus bingung dengan
komitmen.
Sementara bank
sentral mungkin memiliki reputasi baik karena kinerja yang baik dalam melakukan
kebijakan moneter, bank sentral yang sama tidak mungkin telah memilih bentuk
komitmen tertentu (seperti penargetan rentang tertentu untuk inflasi). Reputasi
memainkan peran penting dalam menentukan berapa pasar percaya pengumuman
komitmen tertentu untuk tujuan kebijakan tetapi kedua konsep tidak boleh
berasimilasi. Juga, perhatikan bahwa di bawah ekspektasi rasional, tidak perlu
bagi pembuat kebijakan untuk telah menetapkan reputasi melalui tindakan
kebijakan masa lalu; sebagai contoh, reputasi kepala bank sentral mungkin
berasal sepenuhnya dari ideologi nya, latar belakang profesional , pernyataan
publik, dan lain – lain.
Bahkan telah
berpendapat bahwa untuk mencegah beberapa patologi terkait dengan
inkonsistensi waktu pelaksanaan kebijakan moneter (inflasi berlebihan
tertentu), kepala bank sentral harus memiliki kebencian yang lebih besar untuk
inflasi dari sisa ekonomi pada rata-rata. Oleh karena itu reputasi bank sentral
tertentu tidak perlu terikat pada kinerja masa lalu, melainkan untuk pengaturan
kelembagaan tertentu bahwa pasar dapat digunakan untuk membentuk ekspektasi
inflasi.
Meskipun sering
diskusi kredibilitas yang berkaitan dengan kebijakan moneter, makna yang tepat
dari kredibilitas jarang didefinisikan. kurangnya kejelasan tersebut dapat
berfungsi untuk memimpin kebijakan jauh dari apa yang diyakini paling
menguntungkan. Misalnya, kemampuan untuk melayani kepentingan umum adalah salah
satu definisi dari kredibilitas sering dikaitkan dengan bank sentral. Keandalan
dengan mana suatu bank sentral janjinya juga merupakan definisi umum. Sementara
semua orang setuju kemungkinan besar bank sentral tidak boleh berbohong kepada
publik, perselisihan luas ada di bagaimana bank sentral dapat melayani
kepentingan publik. Oleh karena itu, kurangnya definisi dapat mendorong orang
untuk percaya bahwa mereka mendukung satu kebijakan tertentu kredibilitas
ketika mereka benar-benar mendukung lain.
2.2.1 Jenis-jenis kebijakan moneter
Dalam prakteknya,
untuk menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat utama yang digunakan adalah
memodifikasi jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter melakukan hal
ini dengan membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban pemerintah).
Ini operasi pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk
cair kurang dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier effect perbankan
cadangan fraksional memperkuat dampak dari tindakan. transaksi pasar Konstan
oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel
pasar lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar.
-
Inflasi penargetan
Berdasarkan
pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di bawah sebuah
definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen , dalam kisaran yang
diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank
Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat
antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain semalam untuk
keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa
disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa.
Target suku bunga
dipertahankan untuk jangka waktu tertentu menggunakan operasi pasar terbuka.
Biasanya durasi bahwa target suku bunga dipertahankan konstan akan bervariasi
antara bulan dan tahun. Target suku bunga biasanya ditinjau secara bulanan atau
kuartalan oleh komite kebijakan.
Perubahan target
suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar dalam
upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap pada
jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu
metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat
suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan
kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas
Stanford .
Penargetan inflasi
pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di Selandia Baru.
Hal ini saat ini digunakan di Australia , Brazil , Kanada , Chile , Kolombia ,
yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia , Islandia , Filipina , Polandia
, Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris .
-
Harga Penargetan
Tingkat
Harga penargetan
tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam
satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang adalah offset
pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai
dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut
tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation targeting
apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau
disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan.
-
Agregat Moneter
Pada 1980-an,
beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pertumbuhan konstan
dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk memasukkan kelas yang
berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan
kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed.
Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara
kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain,
pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
-
Nilai Tukar Tetap
Kebijakan ini
didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada
berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan
cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di bawah sistem
nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai
tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk
mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas
tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor / lisensi ekspor, dll).
Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana perdagangan mata uang pada
pasar / nilai tidak resmi.
Di bawah sistem
fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank sentral atau
otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai tukar target. Tingkat mungkin
target tingkat tetap atau sebuah band tetap di mana nilai tukar dapat
berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk membeli atau menjual
yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam band. (Dalam kasus ini,
nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat sebagai kasus khusus dari
kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang diatur ke nol.)
Di bawah sistem
nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata uang setiap unit mata uang
lokal harus didukung oleh unit mata uang asing (mengoreksi nilai tukar). Hal
ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan mengembang tanpa didukung
oleh mata uang keras dan menghilangkan segala kekhawatiran tentang berjalan di
mata uang lokal dengan mereka yang ingin mengkonversi mata uang lokal ke mata
uang (jangkar) keras.
Dalam dolarisasi ,
mata uang asing (biasanya dolar AS, maka istilah “dolarisasi”) digunakan secara
bebas sebagai media pertukaran, baik secara eksklusif atau paralel dengan mata
uang lokal. Hal ini dapat terjadi karena penduduk setempat telah kehilangan
iman semua dalam mata uang lokal, atau mungkin juga kebijakan dari pemerintah
(biasanya untuk mengendalikan inflasi dan impor kebijakan moneter kredibel).
Kebijakan ini
sering turun tahta kebijakan moneter dengan otoritas moneter asing atau
pemerintah sebagai kebijakan moneter di negara mengelompokkan harus
menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam jangkar bangsa untuk
mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan moneter lokal menjadi
tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada faktor-faktor seperti mobilitas
modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor ekonomi lainnya.
Pengaturan jumlah
uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu :
1.
Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beedar.
2.
Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter
dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain :
1.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar
terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah
uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat
berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2.
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto
adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank
sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga
demi membuat uang yang beredar berkurang.
3.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah
uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4.
Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral
adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank
sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan fiskal
dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi
permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full
employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi
dan deflasi tidak terjadi.
Bagi negara sedang
berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang
sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa
serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan
campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan
dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.
2.3 Hubungan Antara Kebijakan
Fiskal Dan Moneter
Sebagaiman kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi
pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu
akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan
memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh
terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya permintaan dan
penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi
di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja
akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya
akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap
permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran
agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.
BAB III
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Krisis global saat
ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat
tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam.
Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari
walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang
terendah.
Kebijakan fiskal
dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi
permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full
employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi
dan deflasi tidak terjadi.
Dari semua unsur
APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat
diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
Kebijakan Moneter
bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu
harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran.
Penargetan inflasi
pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di Selandia Baru.
Hal ini saat ini digunakan di Australia , Brazil , Kanada , Chile , Kolombia ,
yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia , Islandia , Filipina , Polandia
, Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris .
Bagi negara sedang
berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang
sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa
serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan
campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan
dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ibnu
Syamsi, Drs. S.U., Dasar – Dasar
Kebijaksanaan Keuangan Negara, Jakarta, 1983.
6. http://www.econlib.org/library/Enc/FiscalPolicy.html
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makalah Kebijakan Fiskal dan Moneter
Ditulis oleh Mulyandaru Trianto
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://rayendar.blogspot.com/2015/04/makalah-kebijakan-fiskal-dan-moneter.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Mulyandaru Trianto
Rating Blog 5 dari 5
2 komentar:
Emang pada dasarnya tujuan dibuatnya kebijakan fiskal untuk ngatur keuangan negara, dan pengembangannya (secara langsung atau tidak langsung).
Thank you udah buat pembahasan ini, untuk kedepannya mungkin penulis bisa mengangkat fenomena fintech sebagai literasi keuangan dan dampaknya terhadap kebijakan-kebijakan yang ada. Contohnya seperti ini :
Peer to peer lending yang aman
But overall udah keren bgt pembahasannya, saya langsung ngerti.
Semoga membantu untuk kemajuan literasi penulis juga ya!
Thanks!
menarik sekali, https://www.cekaja.com/info/cara-klaim-token-listrik-gratis
Post a Comment